Kamis, 09 Juni 2016

10 keutamaan bulan ramadhan

Edit Posted by with 1 comment
10 KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

1 – Al Qur’an Diturunkan Pada Bulan Ramadhan

Allah ta’ala berfirman :
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan ) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang hak dan yang bathil )“ ( Al Baqarah : 185 )

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ( Allah ta’ala memuji bulan bulan Puasa diantara bulan – bulan lainnya, dengan memilih bulan tersebut ( sebagai waktu ) diturunkannya Al Qur’an ) lihat Tafsir Ibnu Katsir 1 / 282

“Karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan ( lalu ia berbuka ), Maka ( wajiblah baginya berpuasa ), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur “ ( Al Baqarah : 185 )

Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah berkata ( dalam ayat yang mulia ini Allah menyebutkan 2 keutamaan bulan Ramadhan: ……………. Yang kedua adalah dengan diwajibkannya puasa Ramadhan atas umat ini, sebagaimana firman Allah “ karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, “ ) lihat ithaaful Iman bi Duruus Syahri Ramadhan hal. 15

3. Pintu Langit Dibuka Sedangkan Pintu – Pintu Neraka Ditutup

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب السماء و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين

“Apabila telah datang bulan Ramadhan, pintu – pintu langit dibuka, sedangkan pintu – pintu neraka akan ditutup, dan setan dibelenggu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )

4. Diampuninya Dosa – Dosa Di Bulan Itu

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

من صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )

Dalam hadits lain beliau bersabda :

رغم أنف رجل دخل عليه رمضان ثم انسلخ قبل أن يغفر له

“Celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian melaluinya sedangkan dosanya belum diampuni “ ( diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad )

5. Dilipat Gandakan Pahala Pada Bulan Ramadhan

Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda :

عمرة في رمضان تعدل حجة

“Pahala umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala ibadah haji“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ), Dalam riwayat Muslim disebutkan “……..menyamai pahala ibadah haji bersamaku“

Ibnu Rajab rahimahullah berkata ( Abu Bakr bin Abi Maryam menyebutkan bahwa banyak guru – gurunya yang berkata : apabila telah dating bulan Ramadhan maka perbanyaklah berinfaq, karena infaq pada bulan Ramadhan dilipat gandakan bagaikan infaq fi sabilillah, dan tasbih pada bulan Ramadhan lebih utama daripada tasbih di bulan yang lain )

6. Lailatul Qadr Ada Di Bulan Ramadhan

Lailatul Qadr ( malam kemuliaan ) adalah suatu malam yang ada pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, yang mana malam tersebut memiliki banyak sekali barakah dan kemuliaan, bahkan satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar“ ( Al Qadr : 1-5 )

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

إن هذا الشهر قد حضركم و فيه ليلة خير من ألف شهر من حرمها فقد حرم الخير كله

“Sesungguhnya bulan (Ramadhan) telah dating kepada kalian, di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang tidak mendapatinya maka ia telah kehilangan banyak sekali kebaikan“ ( diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Mundziry )

7. Disyareatkannya I’tikaf Di Bulan Ramadhan

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu.

Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa “ ( Al Baqarah : 187 )
Anas radhiallahu anhu berkata :

“Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, sampai beliau wafat, kemudian istri – istri beliau pun beri’tikaf setelahnya“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )

8. Puasa Ramadhan Salah Satu Sebab Masuk Surga

Pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada dua orang dari bani Qudha’ah yang masuk islam, kemudian salah seorang dari mereka mati syahid, sementara yang satunya wafat setahun kemudian, salah seorang sahabat bernama Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu anhu berkata : aku bermimpi melihat surga, lalu aku melihat orang yang wafat setahun kemudian tersebut masuk surga sebelum orang yang mati syahid, akupun terheran – heran, maka tatkala pagi hari aku memberitahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliaupun bersabda :

أليس قد صام بعده رمضان و صلى ستة آلاف أو كذا و كذا رعكة صلاة سنة

“Bukankah setelah itu ( dalam waktu setahun ) ia berpuasa Ramadhan, shalat enam ribu rakaat atau shalat sunnah beberapa rakaat?“ ( diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Albani )


9. Bulan Ramadhan Bulan Ibadah Dan Amal Kebaikan

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda :

من قام رمضان إيمانا و احتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang berdiri shalat pada bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )

Inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malam Ramadhan, dan membangunkan keluarganya.

Inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi apabila datang bulan Ramadhan.

10. Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan Mustajabnya Doa

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

أتاكم رمضان شهر مبارك

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah“ ( diriwayatkan oleh An Nasai dan dishahihkan oleh Albani )

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب الرحمة و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين

“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu – pintu rahmat, sedangkan pintu – pintu neraka jahannam ditutup, dan setanpun dibelenggu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan ini adalah lafadz Muslim )

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

إن لكل مسلم في كل يوم و ليلة – يعني في رمضان – دعوة مستجابة

“Sesungguhnya setiap muslim pada tiap siang dan malam hari – pada bulan Ramadhan – memiliki doa yang mustajab“ ( diriwayatkan oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Albani )

Demikian sedikit informasi mengenai keutamaan Ramadhan yang bisa kami sajikan. Semoga amal ibadah kami diterima. Amin (Santri Madinah)

keutamaan menjaga lisan dan buah hasilnya

Edit Posted by with No comments
 keutamaan menjaga lisan dan buah hasilnya

Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus. Lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan. Karena itu Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita lebih banyak diam. Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)
Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah Rad. )
Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Hadits ini (yakni hadits Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) teramat jelas menerangkan bahwa sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali dengan pembicaraaan yang baik, yaitu pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya dan kapan saja dia ragu terhadap maslahatnya, janganlah dia berbicara.” (Al-Adzkar hal. 280, Riyadhus Shalihin no. 1011)
Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan: “Apabila dia ingin berbicara hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya.” (Al-Adzkar hal. 284)
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Ketahuilah, setiap orang yang telah mendapatkan beban syariat, seharusnya menjaga lisannya dari semua pembicaraan, kecuali pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya. Bila keadaan berbicara dan diam sama maslahatnya, maka sunnahnya adalah menahan lisan untuk tidak berbicara. Karena pembicaraan yang mubah bisa menarik kepada pembicaraan yang haram atau dibenci, dan hal seperti ini banyak terjadi. Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.”
Keutamaan Menjaga Lisan
Memang lisan tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan neraka-Nya. Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya. Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:
1. Anas bin Malik : “Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”
2. Abu Ad-Darda’ : “Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”
3. Al-Fudhail : “Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang adalah banyak berbicara dan banyak makan.”
4. Sufyan Ats-Tsauri : “Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas menyebarkannya.”
5. Al-Ahnaf bin Qais : “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”
6. Abu Hatim : “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”
7. Yahya bin ‘Uqbah: “Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata: ‘Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”
8. Mu’arrifh Al-‘Ijli : “Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak 10 tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya kepadanya: “Apakah itu wahai Abu Al-Mu’tamir?” Mua’arrif menjawab: “Diam dari segala hal yang tidak berfaidah bagiku.”
(Lihat Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhamad bin Hibban Al-Busti, hal. 37-42)
Buah Menjaga Lisan
Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat. Di antaranya:
1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Abu Hurairah Rad. meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)
2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:
“(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan: “Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)
3. Mendapat jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk masuk ke surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d :
Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)
Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546, dari shahabat Abu Hurairah Rad. , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”
4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah Rad. :
Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)
Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”
Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan. Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut. Wallahu a’lam.
Dikutip dari http://asysyariah.com Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi, Judul :Lidah Tak Bertulang

Ilmu pengetahuan dan tekhnologi

Edit Posted by with No comments

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting. Bagaimana sebenarnya cara mempelajari dan mengaplikasikan iptek menurut pandangan islam?[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  IPTEK
2.      Bagaimana pandangan Islam tentang IPTEK
3.      Bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dalam AL-QUR`AN
4.      Apa saja pengaruh motivasi terhadap perkembangan IPTEK
                                                                         





BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian IPTEK
            Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Misalnya: `alam (bendera), `ulmat (bibir sumbing), a`lam (gunung-gunung), `alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu.
Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah. 
Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science.
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan. 
Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. 
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.[2]

B.     Pandangan Islam Tentang Iptek
            Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat, kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau  krisis multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau, sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena  Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang  bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.

Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf  dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.[3]

C.     Ilmu Pengetahuan dan Teknologi  Dalam AL-QUR`AN
Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin.

Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.  Sebagaimana firman Allah berikut ini:

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Artinya:    “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)

اقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَ
Artinya:     “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)

 وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)

            Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:[4]

a.       Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah
            Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql.

            Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik.
  
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20:


( 19)   وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (18) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ اَ (17) يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْأَفَل
(20) وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)

Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.

مْ تَذَكَّرُوْنَوَمِنْ كُلِّّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُ 

Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)

عْلَمُوْنَسُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ اْلأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لاَ يَ

Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)

            Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap. 

b.      Al-Quran Sebagai Prediktor
Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:

مَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِظَهَرَ الْفَسَادَ فِي اْلبَرِّّ وَالْبَحْرِ بِ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)

ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذلِكَ سَبْعٌ (47) فِي سُنْبُلِهِ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تَأْكُلُوْنَ قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَأَبَا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوْهُ (48)  شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلاَّ قَلِيْلاً مِمَّا تُحْصِنُوْنَ

Artinya:    "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (QS. Yusuf: 47-48)

c.       Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi

Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini:

اَّ بِسُلْطَانٍإِل تَنْفُذُون ل اَ فَانْفُذُوا وَاْلأَرْضِ السَّمَاوَاتِ أَقْطَارِ مِنْ تَنْفُذُوا أَنْ اسْتَطَعْتُمْ إِنِ وَاْلإِنْسِ الْجِنِّ مَعْشَرَ يَا
Artinya: Hai sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)

Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى اْلأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
Artinya:     Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS. As Syu’ara: 7)

Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 

d.      Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain). Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih. 
Perhatikan firman Allah berikut ini:

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ اْلأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَاْلأَنْعَامُ حَتىَّ إِذَا أَخَذَتِ اْلأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنْهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيْدًا كَأَنْ لَّمْ تَغْنَ بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya:     Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)

e.       Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek
Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:

وَابْتَغِ فِيْمَا آَتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ    

Artinya:     Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)

            Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi. 

Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa jagad raya ini.  
Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan.  Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.

D.    Pengaruh Motivasi Terhadap Perkembangan IPTEK

            Kemajuan kehidupan masyarakat suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Dimana pendidikan merupakan proses pendewasaan diri seseorang. Melalui pendidikan akan tercipta perubahan tingkah laku seseorang yaitu dari sebelumnya tidak bisa menjadi bisa dan tidak mengerti menjadi mengerti. Pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar. Dimana diakhir kegiatan belajar akan diketahui berhasil atau tidakkah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam bentuk prestasi belajar.

            Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal yang meliputi minat, motivasi, perhatian siswa, intelegensi, dan potensi lain yang ada dalam diri siswa. Faktor eksternal yang meliputi penggunaan media pembelajaran, fasilitas belajar di rumah, fasilitas belajar di sekolah, peran guru, orang tua dan penghargaan. Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana tanapa adanya motivasi, siswa tidak akan memiliki dorongan dalam diri untuk belajar. Dari aspek eksternal yaitu pemanfaatan media pembelajaran dan ketersediaan fasilitas belajar di rumah. Dengan beragamnya media yang digunakan, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi, kecerdasan intelektual, dan dapat mengembangkan diri serta mengikuti perkembangan iptek tang semakin canggih dan dengan ketersediaan fasilitas belajar di rumah yang memadai maka siswa akan dapat belajar di rumah dengan optimal.[5]




















BAB III
KESIMPULAN
            Manusia yang hakiki dalam pandangan Islam adalah manusia yang menyadari dirinya/statusnya sebagai ciptaan Allah dan menyadari serta mengaplikasikan tugasnya dihadapan Allah dalam bentuk ibadah. Sehingga manusia dengan segala potensinya tidak perlu ragu sedikit pun untuk mempelajari dan meneliti alam semesta. Sang Pencipta telah menyediakan segala sesuatu di alam ini untuk digali agar manusia sejahtera dan bahagia. Allah memberikan fitrah potensi kepada manusia untuk mampu membangun peradabannya.
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.












[1] Asep Marzuki, Perkembangan Iptek Menurut Al-Quran, (On Line) tersedia di: http://friendly12.mywapblog.com/perkembangan-iptek-menurut-al-quran.xhtml , diakses pada 9 Maret 2016.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Kaelany. Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahma Press, 2009), hal. 37.
[5] Linda Fatmawati, Pengaruh Motivasi, Pemanfaatan Media Pembelajaran dan Ketersediaan Fasilitas Belajar, tersedia di:  http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/11314 diakses pada: 9 Maret 2016.