Minggu, 12 November 2017

BERBAGAI METODE PENGAJARAN

Edit Posted by with No comments


Tugas Kelompok
BERBAGAI METODE PENGAJARAN
 Dosen Pengampu     : Heru Juabdin Sada,M.Pd.I
Mata Kuliah              :  Metodik Khusus Pembelajaran PAI
Di Susun Oleh :
                                                        Kelompok 8 :
Saibani                                                1511010357
Sandirobi                                 1511010359
Sefta Wulandari                      1511010360
Seftika Aryani AS                  1511010361

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
                                                          2017/2018


KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami di beri kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.  Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Heru Juabdin Sada M.Pd.I dosen mata kuliah  “Metodik khusus pembelajaran PAI” yang telah memberikan bimbingan bagaimana cara agar kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai tuntunan. Makalah ini di susun agar pembaca dapart memperluas ilmu tentang “Berbagai Metode Pangajaran”.
Namun  tidak lepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, isi dan segi lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran  yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya bagi mahasiswa UIN Raden Intan Lampung. Terimakasih.
Wassalammu’alaikum warahmatullahhi wabarakatuh

Bandar Lampung, 06 Mei 2017
                                                     Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN           
         A. Latar Belakang........................................................................................ 1
         B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
         A. Metode Sosiodrama................................................................................ 2
         B. Metode Drill............................................................................................ 3
         C. Metode Kerja Kelompok......................................................................... 5
         D. Metode Tanya Jawab ............................................................................. 8
         E. Metode Proyek........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP                                                                     
        Kesimpulan.................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA




 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam era globalisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadaya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi persyaratan berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Namun dalam mengembagkan budaya belajar tersebut perlu belajar yang mana dan bagaimana itu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan demikian strategi belajar yang baik pun harus diupayakan dalam pembentukan belajar yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebenarnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan pendidikan Nasional yang perlu dikembangkan. Dengan tujuan pendidikan Nasional tersebut tentu saja harus melalui proses belajar yang sesuai dengan pencapaian tujuan tersebut.
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Dalam keseluruhan proses mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen alam proses pembelajaran. Komponen belajar tersebut saling mempengaruhi sedemikian hingga dapat tercapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Salah satu komponen yang utama adalah siswa yang menjadi objek dan subjek dalam penidikan. Selain siswa yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan pendidik, kurikulum, fasilitas sekolah dan semua pendukung dalam pendidikan juga sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja macam-macam merode pembelajaran ?

C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui macam macam dari metode pengajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Beberapa Metode Pengajaran

1.      Metode Sosiodrama
Drama atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan di pelajari sebelum dimainkan. Adapun para pelakunya harus memahami lebih dahulu tentang peranan masing-masing yang akan dibawakannya.
Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya lebih dahulu. Tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu, tapi dilaksanakan seperti sandiwara di panggung dengan tujuan :
a.       Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya, maka ia dilatih melalui temannya sendiri untuk berani berperan dalam sesuatu hal. Hal ini disebabkan karena memang ada anak didik yang disuruh ke depan kelas saja tidak berani apalagi berbuat sesuatu seperti bicara di depan orang dan sebagainya.
c.       Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat di depan teman sendiri atau orang lain.
d.      Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Metode sosiodrama ini dapat dilaksanakan terutama dalam bidang studi kesenian atau dapat juga dilaksanakan dalam bidang sejarah. Dalam bidang studi agama dapat dilaksanakan terutama dalam bidang sejarah islam.
Metode sosiodrama ini dilakukan setelah guru menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut bidang studi agama.
Misalnya bagaimana sikap sahabat Nabi di antaranya Umar bin Khattab tatkala akan masuk islam. Semula dia adalah seorang yang keras menentang islam, tiba-tiba setelah mendengarkan berkumandangnya ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh adik kandung sendiri, maka tergugahlah sanubarinya untuk memeluk agama islam.
Perubahan sikap dari pahlawan kafir Quraisy menjadi pahlawan islam dapat digambarkan dalam bentuk drama, yang dicoba diperankan oleh anak didik sendiri di depan rekan-rekannya.
Kesan dri drama yang dimainkannya sendiri akan besar pengaruhnya kepada perkembangan jiwa anak didik baik yang langsung berperan dalam sandiwara, maupun yang menyaksikan. Oleh karena itu, metode sosiodrama akan lebih banyak berpengaruh terhadap perubahan sikap kepribadian anak didik.

2.      Metode Drill (Latihan)
Penggunaan istilah “Latihan” sering disamakan artinya dengan istilah “Ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut.
Pengajaran yang diberikan melalui metode drill dengan baik selalu akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
a.    Anak didik itu akan dapat mempergunakan daya berpikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang bak maka anak didik aka menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya berpikir bertambah.
b.    Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut akan memperoleh paham yang lebih baik dan lebih mendalam. Guru berkewajiban menyelidiki sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam proses belajar-mengajar. Salah satu cara ialah mengukur kemajuan tersebut malalui ulangan (tes) tertulis atau lisan.
Guru harus mempertimbagkan semua jawaban anak didik, tetapi setiap jawaban tidak selalu harus dinyatakan dengan angka untuk mengisi rapor. Banyak hal yang tidak dapat bahkan tidak perlu dinyatakan dengan agka, karena masalahnya dikaitkan dengan tujuan bagaimana pengetahuan dan kecakapan itu dapat dimiliki sepenuhnya oleh anak didik secara nyata. Hal inilah yang menyebabkan perlunya penggunaan metode latihan. (Daradjat, 2004)

Pemeriksaan latihan/ulangan ini dapat dilakukan dengan cara:
a.         Secara Klasikal, yaitu murid menukarkan pekerjaannya dengan pekerjaan temannya yang lain.
b.         Secara Individual, yaitu guru membuat jawaban yang benar, selanjutnya anak didik mencocokannya dengan latihan mereka masing-masing.
c.         Anak didik mencocokkan dengan kunci jawaban yang telah tersedia lebih dahulu.
Penilaian seperti dimaksud di atas mempunyai faedah/arti sebagai berikut :
a.         Untuk memberikan umpan balik (Feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
b.         Untuk menentukan angka kemajuan/hasil belajar masing-masing anak didik.
c.         Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat. Di mana seharusnya anak didik ditempatkan (misal dalam penentuan jurusan) sesuai dengan tingkat kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki oleh anak didik.
d.        Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) anak didk yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan tersebut.

Fungsi guru dalam menilai latihan dan ulangan terletak pada fungsi untuk memberikan umpan  balik dan untuk menentukan angka kemajuan. Sedangkan untuk menentukan  anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat dan fungsi untuk mengenal situasi latar belakang dari anak didik, adalah fungsi dari petugas bimbingan dan penyuluhan.

Dalam menerapkan Metode Drill ini harus perhatikan pula antara lain :
a.         Harus diusahakan latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik, karena itu waktu yang digunakan cukup singkat.
b.         Latihan betul-betul diatur sedemikian rupa sehingga latihan itu menarik perhatian anak didik, dalam hal itu guru harus berusaha menumbuhkan motif untuk berfikir.
c.         Agar anak didik tidak ragu maka anak didik lebih dahulu diberikan pengertian dasar tentang materi yang akan diberikan.
Melihat hal-hal yang tersebut diatas, maka guru pada saat memberikan latihan haruslah siap lebih dahulu, tidak secara spontanitas saja member latihan, sehingga waktu mengadakan evaluasi terhadap hasil latihan segera guru dapat melihat segi-segi kemajuan anak didik: di antaranya daya tanggap, keterampilan dan ketepatan berpikir dari tiap-tiap anak didik yang diberi tugas latihan. (Daradjat, 2004) (Burton, 1952)

3.        Metode Kerja Kelompok
            Apabiala guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan sustu masalah atau untuk menyerahkan sustu pekerjaan yang perlu dijadikan bersama-sama, maka cara mengejar tersebut dapat di manakan metode kerja kelompok.
            Penelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendidri yamng biasanya dalam pemilihan kelompok seperti ini dasarkan atas pemilihan teman yang menurutnya lebih dekat atau lebih intim. Cara yang demikian ada keuntungannya dalam proses belajar, memudahkan hubungan kepribadian dan dapat menimbulkan kegairahan baru.
            Pengelompokan dapat pula dilakukan oleh guru atas pertimbangan-pertimbangan pedagogis, di antaranya untuk membedakan anak didik yang cerdas, normal, dan yang lemah. Menurut teori, seperti pendapat Crow and Crow bahwa anak yang cerdas apabila digabungkan dengan anak yang lemah akan mengalami kesulitan-kesulutan dalam belajar terutama bagi yang lemah.
            Untuk kelompok yang dibagi berdasarkan kemampuan anak didik, tugas guru sebagai pembimbing lebih berat, karna harus secara cermaat memperhatikan anak didik yang lemah agar jangan selslu dirugikan Sedangkan bagi yang cerdas jangan sampai ada anggapan bahwa dengan adanya kelompok tidak member tugaas kepada yang lebih cerdas untuk membantu rekan-rekannya yang lemah.
            Guru dalam menempatkan kategori anak yang cerdas dan yang lemah tidak haya melihat dari nilai yang ada dalam dalam rapor atau hasil ulangan sehari-hari, tetapi harus dilihat juga dari kepribadian anak didik yang bersangkutan.
            Menurut Crow and Crow, Ciri-ciri anak yang superior ialah :
-        Observasinya tajam, cepat dan jelas dalam mengatasi pelajaran.
-        Cepat memberikan jawaban apabila menerima pernyataan.
-        Pemahaman nya baik dan teratur.
-        Pemikiran nya terang dan logis.

Ciri-ciri anak yang lambat :
-        Perhatiannya kurang dan jangkauan pikirannya pendek.
-        Interesnya sempit.
-        Mempunyai kesukaran-kesukaran dalam memusatkan perhatian.
-        Sukar berpartisipasi dalam kegiatan akademik dan social.
-        Mudah menjadi bingung dalam menghadapi masalah.

Dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok maka metode ini ada beberapa macam yaitu :
1.      Kerja kelompok jangka pendek
Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dalam waktu yang singkat lebih kurang 20 menit, dan kelompok ini berguna agar pada anak didik tertanam rasa saling membantu dan kerja sama dalam meyelesaikan suatu tugas. Di samping itu juga di maksud menanamkan kepada diri anak didik tentang pentingnya musyawarah dan manfaatnya dalam kehidupanbermasyarakat.
2.      Kerja kelompok jangka menengah.
Kerja kelompok jangka menengah ini diadakan karena kepentingan untuk penyelesaian unut-unit pelajaran, yang akan lebih baik apabila dikerjakan dengan cara bersama-sama dalam beberapa hari.
Tiap-tiap kelompok kelompok mendapat tugas yang berbeda-beda, tetapi masing-masing kelompok berhubungan dengan masalah yang yang akan di pecahkan bersama nanti setelah masing-masing kelompok selesai tugasnya.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan kelompok jangka menengah ini, yaitu:
a.       Masalah yang dibahas adalah masalah yang penting bagi merid dan menarik perhatian mereka.
b.      Dalam mengerjakan pekerjaan tersebut masing-masing anak didik menganggap dirinya sebagai peserta yang penting serta sanggupmenyumbangkan pikirannya.Oleh sebab itu sebaiknya dalam kelompok ini masing-masing pimpinan kelompok diberikan pengarahan oleh guru sebagai pembimbing dalam membagi tugas pekerjaan secara melaksanakan kerja.
c.       Kerja kelompokjangka panjang, kelomok ini biasanya dinamakan kelompok studi. Suatu kelas di bagi kepada beberapa kelompok dan biasaanyaa, kelompok ini berakhir kalau telah berlangsung kenaikan kelas atau selesai belajaar pada suatu tingkat.
Manfaat yang dapat diambil dari kelompok-kelompok jangka panjang ini antaara lain :
a.         Mendorong adanya perlombaan meningkatkan mutu kelompok
b.         Mendorong untuk kerja sama secar rutin dan menyelesaaikan pelajaran-pelajaran yang sulit
c.         Menanamkan soladoritas antar teman dalam kelompok
d.        Dapat saling membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
e.         Dapat memudahkan dalam melaksanakan tugas guru dan pimpinan sekolah.

4.        Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karna guru dapat mengerti dan dapat mengungkapkaan apa yang telah dicermahkan.
Anak didik yang biasanya yang kurang mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang di anjurkan melalui metode tanya jawab. Sebab anak didik tersebut sewaktu-waktu akan dapat giliran utuk menjawab suatu pertanyaan yang akan diajukan kepadanya.
Demikianpun guru jangan beranggapan bahwa dengan metode Tanya jawab telah cukup baik untuk menilai apakah kelas pada umumnya telah belajar dengan baik atau tidak.
Hal ini sering menimbulkan anggapan yang salah bahwa dengan seorang guru/pengawas mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa murid, lalu dijawab oleh murid, akhirnya menetapkan kelas yang bersangkutan telah belajar baik/sebaliknya. Metode Tanya jawab ini dapat digunakan sebagaiukuran untuk mendapatkan kadar pengetahuan setiap anak didik dalam mendapatkan giliran pertanyaan sudah memahami pelajaran yang diberikan.
Beberapa alternative dapat terjadi dalam metode tanya jawab, yaitu :
a.         Segi kesempatan menuangkan bahan pembelajaran
Dalam hal ini menerangkan bahan-bahan pembelajaran pada anak didik, penggunaan metode Tanya jawab lebiih baik apabila dibandingkan dengan metode ceramah.
b.         Dapat terjadi penyimpangan dari pokok persoalan
Guru dalam melaksanakan Tanya jawab lebih besar kemungkinan menyimpang dari pokok-pokok persoalan. Hal ini dapat terjadi bila anak didik memberikan jawaban, lalu berbalik mengajukan pertanyaan yang menimbulkan masalah-masah baru diluar yang saling dibicarakan.
c.         Dapat terjadi perbedaan pendapat  antara murid dan guru
Untuk menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode Tanya jawab terutama yang bersifat negative maka perlu di perhatikan hal-hal berikut ini :
1)       Pertanyaan harus singkat, jelas dan meransang berpikir.
2)      Sesuai dengan kecerdasan dan kemampuan anak didik yang menerima pertanyaan.
3)      Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian kecuali yang bersipat objektif tes dapat menggunakan y atau tidak
4)      Usahakan pertanyaan yang punya jawaban pasti bukan pertanyaan yang mempunyai jawaban beberapa alternative.
Teknik mengajukan pertanyaan :
a.         Mula-mula diajukan kepada semua anak didik baru ditanyakan kepada    anak didik tertentu.
b.          beriak waktu untuk berpikir dan menyusun jawaban.
c.         Pertanyaan diajukan bergilir, jangan berdasarkan urutan bangku atauurutan daftar yang telah       disusun (daftar hadir).
Sikap guru dalam menerima jawaban dari anak didik berusaha jangan mematahkan semangat, misalnya “Kamu goblok bener” akan tetapi hargailah jawaban mereka dan tuntun kearah yang baik. Tidak perlu terlalu menonjolkan kesalahan murit yang dapat mengurangi harga diri didepan teman-temannya yang lain. 
5.        Metode Proyek
Metode ini disebut juga dengan teknik pengajaran unit. Anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Cara demikiab adalah teknik yang modern, karena murid tidak begitu saja menghadapi persoalan tanpa pemikiran-pemikiran ilmiah.
Tujuan metode ini adalah untuk melatih anak didik agar berpikir secara ilmiah, logis dan sistematis.
Sekolah pada hakikatnya berkewajiban mempersiapkan anak didiknya agar tidak canggung hidup di tengah-tengah masyarakat yang banyak sekali masalah-masalah yang akan ditemuinya. Oleh karenanya guru berkewajiban melatih anak didik untuk memberikan kemampuan teknik menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat.
Pusat kegiatan metode ini terletak pada anak didik, dan guru berfungsi sebagai pembimbing mekanisme kerja anak didik dengan bekerja bersama-sama. Namun demikian karena tiap-tiap anak didik mempunyai minat/kesenangan masing-masing, maka dapat pula anak didik secara individual dalam hal-hal tertentu menghadapi masalah itu sendiri sesuai dengan minat yang dipilihnya.
Langkah-langkah umum yang harus dilaksanakan oleh anak didik dalam kerja bersama menurut J. Dewey:

a.         Merealisasi Adanya Masalah
Anak didik menyadari adanya sesuatu yang menjadi problem seperti kesulitan, rasa kebimbangan, dengan dan lain-lain.
Masalah itu lalu dikaji sehingga akan ditemukan kesulitan-kesulitan itu.
Setiap orang yang ingin mengetahui kesulitan atau ingin mengetahui hakikat sesuatu, tentu akan mendorong pikirannya untuk berkerja secara aktif, yaitu berfikir, menyelidiki menganalisis dan seterusnya. Ini yang dituju oleh metode proyek yaitu oleh metode proyek yaitu menumbuhkan kesadaran.
b.        Menyusun Hipotesis
Dukaaan atau terkaan terhadap jawaban dari sesuatu masalah adalah langkah untuk menyelesaikan maslah, tidak perlu takut berbuat salah, mungkin dugaan benar dan mungkin dugaan salah. Mungkin sebagian benar tapi hipotesis/dugaan itu akan kita buktikan kebenaran /kesalahannya oleh langkah-langkah selanjutnya.
c.       Mengumpulkan Data dan Informasi
Untuk mengetahui benar tidaknya hipotesis diperlukan keterangan-keterangan yang didukung oleh data-data.
Bahan-bahan berupa data tersebut didapatkan belum tentu benar, atau sejauh mana data itu sesuai dengan kepentingan masalah yang sedang kita hadapi, karena itu data itu perlu dianalisis/diteliti.
Namun apabila data yang kita dapat belum cukup mendukung hipotesis kita, maka harus mencari data lain lagi dengan menambah berbagai manfaat.
d.      Menyimpulkan
Masalah yang diberikan guru, oleh anak didk harus juga dipertnggungjawabkan, maka disusunlah suatu laporan. Isi laporan itu memuat kesimpulan-kesimpulan dan semua proses pekerjaan dari awal sampai akhir.
Kesimpulan-kesimpulan yang kita tuangkan dalam laporan tersebut juga harus dilengkapi dengan bukti-bukti kebenaran.
Pada tingkat ini pelapor masih punya kesempatan untuk menguji/mengecek semua proses pemecahan masalah terutama yang sudah kita simpulkan tersebut.
Contoh metode proyek ini ialah :
Di halaman sekolah kita ditanam berjenis-jenis tanaman di antaranya pohon papaya, tampaknya daun pohon papaya ini pada musim hujan menjadi kuning.
Guru bertanya : apakah sebabnya? Tugas : selidikilah sebab-musabab pohon papaya itu jadi mati dan cari jalan keluar untuk itu!
Tugas dikerjakan oleh anak didik bersama-sama dan hasilnya dipertanggungjawbkan kepada guru yang menugaskan.
Masalah diatas adalah suatu perangkat masalah karena di dalam masalah itu dapat dipecah-pecahkan lagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing perlu diselidiki. Dalam bagian masalah tersebut dimungkinkan seorang murid seorang individu membahasnya karena dianggap dia berminat lalu menjadi pilihannya. Mungkin pula pada kesempatan tertentu perlu dibahas bersama. Semua kemungkinan tadi boleh dijalankan. Yang penting masalah itu dibahas atas nama bersama, dan bekerja sama dalam menyelesaikan. (Daradjat, 2004)


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya lebih dahulu. Tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu, tapi dilaksanakan seperti sandiwara di panggung dengan tujuan Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya.
Pengajaran yang diberikan melalui metode drill dengan baik selalu akan menghasilkan hal-hal seperti nak didik itu akan dapat mempergunakan daya berpikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang bak maka anak didik aka menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya berpikir bertambah dan pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut akan memperoleh paham yang lebih baik dan lebih mendalam.








DAFTAR PUSTAKA

Burton, W. H. (1952). The Guidance of Learning Activities. New York: Appleton Century Crafts.
Daradjat, Z. (2004). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi                    Aksara.